Pages

Minggu, 16 Oktober 2011

layanan responsif terkait kesulitan siswa dalam bergaul

Ketika seorang individu memiliki suatu hambatan yang dapat menghambat sesuatu yang ada di dalam dirinya, maka sebaiknya diberikan suatu informasi yang dapat memberikan satu solusi yang dapat membimbing, walaupun tidak sepenuhnya dari satu informasi, tetapi banyak informasi yang dapat diperoleh. Sebenarnya, mengapa seseorang sulit bergaul, kemungkinan besar karena seseorang tersebut terlalu pasif. Padahal, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pergaulan merupakan elemen penting keterampilan hidup sehingga berhasil atau tidaknya seseorang juga ditentukan oleh sejauh mana orang tersebut bisa mengkomunikasikan diri dan menjalin relasi yang komunikatif dengan orang lain. Namun, oleh seorang konselor perlu disampaikan pula pada peserta didik bahwa mengkomunikasikan diri dan menjalin relasi yang komunikatif dengan orang lain itu bukan merupakan hasil sekali jadi, tetapi di situ ada proses yang harus dilakukan. Dalam melakukan proses itu pun, akan ada beberapa hal yang dapat menghambat usaha-usaha seorang individu, seperti peserta didik, untuk mengatasi kesulitannya dalam bergaul. Beberapa hambatan yang perlu disampaikan pula pada peserta didik tersebut antara lain adalah sebagai berikut. 1. Arogansi tersembunyi Hal ini biasanya sangat halus bahkan kita sendiri kurang menyadarinya. Namun, ada bentuk-bentuk riil yang bisa mewakili hal ini sehingga diketahui adanya, misalnya kita menolak untuk bertanya kepada orang lain lebih dulu dengan alasan “untuk apa”, menolak berjabat tangan lebih dulu, menolak menyapa lebih dulu, dan seterusnya. Meskipun ini adalah hak kita, tetapi kalau yang kita inginkan adalah menjalin pergaulan, maka kita perlu menggantinya dengan yang lebih friendly. Selain arogansi tersembunyi ini, ada juga yang bisa disebut dengan istilah “terlalu pasif”. Kita memang tidak memiliki alasan “untuk apa” yang bertujuan mengangkat diri kita di atas orang lain, tetapi kita terlalu pasif, misalnya menunggu ditanya lebih dulu, menunggu diajak berjabat tangan lebih dulu, menunggu disapa lebih dulu, dan seterusnya. Kedua hal ini tentunya bisa mengganggu pergaulan. 2. Terlalu memikirkan diri sendiri Ini bisa mengganggu kelancaraan saat sedang berbicara / berdialog dengan orang lain. Ketika sedang berbicara dengan orang lain, jangan memikirkan bagaimana rambut kita, bagaimana cara duduk kita, dan seterusnya. Atau juga jangan mengembangkan asumsi, misalnya bagaimana orang lain menilai kostum kita, dan sejumlah “bagaimana” yang lainnya. Hal ini bisa membuat konsentrasi kita bukan pada pembicaraan, tetapi kepada diri sendiri. Kalau kita sedikit-sedikit melihat ke diri sendiri, mungkin kita akan kehilangan momen untuk menghangatkan suasana. Karena itu, fokuskan pada bagaimana menciptakan suasana supaya bisa menjadi hidup, bukan memikirkan diri sendiri. 3. Terlalu banyak menilai orang lain (jugdmental) Menilai orang lain adalah tahapan selanjutnya sehingga untuk membuka pintu pergaulan, sebaiknya kita menomorduakan hal itu. Atau juga, simpan dulu di batin kita karena terlalu cepat menghakimi orang lain bisa mengganggu kelancaran usaha dalam membuka pergaulan. Yang lebih dibutuhkan di sini adalah kemampuan memunculkan asumsi bahwa semua orang itu memiliki sisi positif dan juga sisi negatif. Asumsi ini akan banyak membantu dalam melancarkan urusan pergaulan karena menemukan sisi positif orang lain lebih penting daripada menghakimi orang tersebut. 4. Terpenjara oleh pemahaman yang sempit dan mempersempit Sadar atau tidak, seringkali kita menciptakan pemahaman yang mempersempit hidup kita sendiri. Hal ini biasanya terkait dengan urusan agama, suku, ras, almamater, status sosial, status pendidikan, dan lain-lain. Meskipun jarang kita ucapkan, tetapi dalam praktiknya kerap kita jalankan. Kita merasa agak kurang sreg bergaul dengan lain agama, lain suku, lain almamater, lain status, dan sebagainya. Hal ini memang hak kita juga, tetapi bila dikaitkan dengan upaya mengatasi kesulitan pergaulan, hendaknya perlu dipikirkan lebih lanjut bahwa pemahaman yang sempit dan mempersempit diri dapat menghambat seseorang dalam bergaul. 5. Masalah kejiwaan yang umum Ada sejumlah masalah kejiwaan umum yang juga kerap menghambat pergaulan, misalnya kurang pede, malu tanpa alasan yang jelas, minder, takut, cepat ngambek, sering terjadi konflik dengan orang lain, dan lain-lain. Memang ada banyak cara untuk mengatasinya, tetapi ada satu hal kunci yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu menghilangkannya dengan cara mempraktikkan (learning by doing), belajar memperbaiki diri dari praktik yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar